Seiring perkembangan zaman, dunia digital marketing juga terus berkembang. Ada banyak strategi-strategi baru yang dijalankan oleh digital marketer untuk mencapai tujuannya. Salah satu strategi pemasaran yang sedang tren dan banyak dipakai saat ini adalah digital performance. Praktiknya yang mudah hasil yang optimal membuat banyak digital marketer memiliki strategi ini. Penasaran lebih jelasnya tentang performance marketing? Simak artikel ini!
Pengertian dan Manfaat
Performance marketing merupakan strategi pemasaran di mana pengiklan membayar platform atau perusahaan berdasarkan hasil yang tercapai. Hasil iklan bermacam-macam bisa berupa prospek baru, klik pada iklan, engagement, dan paling sering yaitu tingkat penjualan.
Channel yang paling sering dipakai untuk performance marketing adalah SEM (Search Engine Marketing). Jenis pemasaran ini biasanya bertujuan meningkatkan traffic website melalui iklan berbayar seperti Google Ads. Bukan hanya SEM, beberapa jenis performance marketing lainnya yaitu konten bersponsor, iklan online, social media advertising, dan affiliate marketing.
Karena pembayaran dilakukan berdasarkan performance, maka Anda sebagai pengiklan atau advertiser bisa mengoptimalkan budget karena tidak akan terbuang sia-sia. Berbeda dengan iklan tradisional, entah mencapai target atau tidak Anda tetap harus membayar biaya iklan.
Cara Kerja
Digital performance marketing bisa memakai banyak jenis platform populer seperti Google, TikTok, Instagram, dan Facebook. Biasanya pengiklan bisa menentukan preferensi berdasarkan penawaran, target pasar, geografis, tingkat konversi, maupun relevansi. Ada empat pihak yang mengoptimalkan kinerja pemasaran yaitu retailer, affiliate, affiliate network, dan affiliate manager.
Strategi yang Diterapkan
Sudah paham mengenai pengertian, manfaat, serta cara kerjanya? Berikut ini merupakan jenis-jenis strategi performance marketing yang bisa diterapkan sebuah bisnis:
1. Cost-per-Click (CPC)
Strategi performance marketing satu ini paling populer yaitu Cost-per-Click atau CPC. Sesuai namanya, pengiklan hanya perlu membayar biaya iklan apabila terjadi aksi “klik” dari audiens. Semakin banyak klik, maka semakin banyak pula biaya iklan yang harus dibayar. Perlu Anda ketahui bahwa CPC berbeda dengan PPC (Pay-per-Click). CPC adalah metrik untuk mengukur biaya, sementara PPC adalah cara pembayaran.
2. Cost-per-Mille (CPM)
Selain dikenal dengan istilah CPM, Cost-per-Mille juga sering disebut CPI atau Cost-per-Impression. Jika memakai strategi ini, pengiklan harus membayar biaya iklan setiap dilihat seribu kali oleh audiens. CPM lebih ke jumlah tayangan, bukan jumlah klik seperti CPC. Biasanya dipakai jika tujuan pemasaran bisnis adalah meningkatkan brand awareness.
3. Cost-per-Leads (CPL)
Cost-per-Leads atau CPL merupakan strategi di mana pengiklan perlu membayar iklan setiap mendapatkan lead atau prospek baru. Contoh CPL yaitu ketika Anda membuat iklan yang mengharuskan audiens mengisi formulir dari iklan tersebut. Audiens akan memasukkan informasi penting pada formulir berupa nama, nomor telepon, alamat, email, dan lain-lain. Biaya akan semakin besar jika lead yang diberikan semakin rinci.
4. Cost-per-Acquisition (CPA)
Strategi terakhir disebut dengan CPA atau Cost-per-Acquisition. Jenis strategi ini juga termasuk yang paling sering dipakai oleh digital marketer. Biaya iklan dibebankan apabila ada aksi yang diinginkan pengiklan misalnya langganan, pembelian, pendaftaran, dan lain sebagainya.
Penutup
Nah, itulah informasi lengkap mengenai strategi pemasaran digital performance. Cukup menguntungkan bukan? Agensi digital seperti Diginet juga menawarkan layanan performance marketing yaitu SEM (Search Engine Marketing). Sebelum bekerja sama, Anda bisa konsultasi mengenai kebutuhan bisnis terlebih dahulu. Jadi iklan yang dibayarkan bisa berada di platform yang tepat sehingga memberikan hasil maksimal dan optimal. Tim Diginet bisa Anda hubungi dengan mudah melalui aplikasi WhatsApp ataupun website resmi.